Halo kamu,
Masih ingat kah masa-masa dengan ku?
Masih ingat kah apa yang terlah dilalui bersama ku?
Masih ingat kah dengan moment yang pasti kamu punya versi tersendiri yang sulit terlupakan?
Obrolan kecil diatas motor yang tidak terlalu penting,
Sebuah pelukan mesra melampiaskan sayang yang sangat lucu dari kamu?
Sebuah carikan manis di bibir rona mengekspose kejadian lucu yang kita jalani berdua
Sebuah pesan lugu tanda sayang yang sulit terjemahkan oleh otak pikiran sang ambisiusme
Sebuah rasa sayang yang lugu, yang selama ini aku menyesal telah gagal menerjemahkan semua itu. Sehingga ku baru tau dan menyesal sekarang baru bisa menerjemahkan semuanya.
Masih ingat kah kau?
Masa sulit yang telah kita lewati?
Masa sakit yang telah kita rasakan bersama?
Masa dimana kamu maupun aku merasa sangat bahagia telah saling memiliki?
Menolong?
Saling berlomba membahagiakan?
Hmmm...
Mungkin semua itu tiba-tiba saja sirna tersiram badai amarah?
Betul bukan?
Aku yang pertama merasakan, aku yang pertama meluapkan. Ya, disana aku salah mengakuinya. Padahal saat itu, aku tak bersungguh-sungguh. Malah tak yakin bisa melampaui hari sendiri.
Kesalahan fatal yang tak hanya cukup disesali; tak cukup di ratapi, sehingga sulit dilupakan dan dimaafkan olehmu.
Yaaa...
Aku rasa semua itu; pada hari itu, kita telah memaklumi kejadian itu, saling melupakan, saling belajar.
Tapi?
Dengan rasa ambisiusme, egoisme, dan rasa tak percaya aku, menjadi boomerang bagi hubungan ini di hari selanjutnya.
Kejadian yang sebenarnya sangat aku takuti, hindari, bahkan tak ingin sama sekali terjadi, malah akhirnya terjadi.
Aku khilaf...
Aku minta maaf...
Tapi percuma, keputusanmu sudah bulat.
Kamu...
Kebangganku yang selalu jadi bahan curhatan ketika berhadapan dengan-Nya
Yang selalu aku jadikan emas dari setiap obrolan yang mulai membosankan bersama sahabatku sehingga menjadi hidup dan menjadi obrolan yang asyik.
"Lo harus perhanin dia, lo gaboleh putus sama dia, beruntung lo sob"
Yaaa.. Pesan itu yang selalu terucap saat teman, sahabat, kerabat, mulai ku ceritakan satu persatu, dari yang sengaja, hingga tak sengaja dia melihat foto mu terpampang jelas di bagian layar depan HP-Ku
Orangtua, keluarga, sudah sangat bangga dan mempercayai sepenuhnya.
Tapi apa yang telah aku perbuat?
Maaf...
Ku terlalu sibuk memikirkan apa yang menjadi kesukaanmu,
Tapi melupakan hal apa yang bisa membuatmu sedih.
Rasamu telah sirna begitu saja semenjak kejadian itu.
Andai waktu bisa terulang...
Sekarang, kita telah sama sama sendiri,
Aku yang sekarang, berasa bukan aku.
Banyak moment yang tak bisa dilupakan
Tempat itu, kejadian itu, hal itu, semua.
Kemesraannya
Kebersamaannya,
Dan sebenernya semua kenangan yang tak pernah ada niat sedikitpun untuk dilupakan.
Sulit terlupakan, dan gak bisa dilupakan.
Masih belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan,
Maaf...
Tapi sekarang, kau terlihat lebih bahagia saat tak bersama ku.
Iya ya?
Hmmm... Bagaimana aku bisa bahagia, kalau bahagiaku itu bersamamu.
Tapi, kalau mungkin ini sudah jalan hidupmu, aku minta maaf.
Terima kasih atas semuanya.
Kelak...
Aku akan menyiptakan bahagia ku yang baru.
Maaf. Buku ini aku tutup.
Dan, hanya kau yang bisa membuka nya kembali.
Agar aku bisa menuliskan kembali semua nya
Masih ingat kah masa-masa dengan ku?
Masih ingat kah apa yang terlah dilalui bersama ku?
Masih ingat kah dengan moment yang pasti kamu punya versi tersendiri yang sulit terlupakan?
Obrolan kecil diatas motor yang tidak terlalu penting,
Sebuah pelukan mesra melampiaskan sayang yang sangat lucu dari kamu?
Sebuah carikan manis di bibir rona mengekspose kejadian lucu yang kita jalani berdua
Sebuah pesan lugu tanda sayang yang sulit terjemahkan oleh otak pikiran sang ambisiusme
Sebuah rasa sayang yang lugu, yang selama ini aku menyesal telah gagal menerjemahkan semua itu. Sehingga ku baru tau dan menyesal sekarang baru bisa menerjemahkan semuanya.
Masih ingat kah kau?
Masa sulit yang telah kita lewati?
Masa sakit yang telah kita rasakan bersama?
Masa dimana kamu maupun aku merasa sangat bahagia telah saling memiliki?
Menolong?
Saling berlomba membahagiakan?
Hmmm...
Mungkin semua itu tiba-tiba saja sirna tersiram badai amarah?
Betul bukan?
Aku yang pertama merasakan, aku yang pertama meluapkan. Ya, disana aku salah mengakuinya. Padahal saat itu, aku tak bersungguh-sungguh. Malah tak yakin bisa melampaui hari sendiri.
Kesalahan fatal yang tak hanya cukup disesali; tak cukup di ratapi, sehingga sulit dilupakan dan dimaafkan olehmu.
Yaaa...
Aku rasa semua itu; pada hari itu, kita telah memaklumi kejadian itu, saling melupakan, saling belajar.
Tapi?
Dengan rasa ambisiusme, egoisme, dan rasa tak percaya aku, menjadi boomerang bagi hubungan ini di hari selanjutnya.
Kejadian yang sebenarnya sangat aku takuti, hindari, bahkan tak ingin sama sekali terjadi, malah akhirnya terjadi.
Aku khilaf...
Aku minta maaf...
Tapi percuma, keputusanmu sudah bulat.
Kamu...
Kebangganku yang selalu jadi bahan curhatan ketika berhadapan dengan-Nya
Yang selalu aku jadikan emas dari setiap obrolan yang mulai membosankan bersama sahabatku sehingga menjadi hidup dan menjadi obrolan yang asyik.
"Lo harus perhanin dia, lo gaboleh putus sama dia, beruntung lo sob"
Yaaa.. Pesan itu yang selalu terucap saat teman, sahabat, kerabat, mulai ku ceritakan satu persatu, dari yang sengaja, hingga tak sengaja dia melihat foto mu terpampang jelas di bagian layar depan HP-Ku
Orangtua, keluarga, sudah sangat bangga dan mempercayai sepenuhnya.
Tapi apa yang telah aku perbuat?
Maaf...
Ku terlalu sibuk memikirkan apa yang menjadi kesukaanmu,
Tapi melupakan hal apa yang bisa membuatmu sedih.
Rasamu telah sirna begitu saja semenjak kejadian itu.
Andai waktu bisa terulang...
Sekarang, kita telah sama sama sendiri,
Aku yang sekarang, berasa bukan aku.
Banyak moment yang tak bisa dilupakan
Tempat itu, kejadian itu, hal itu, semua.
Kemesraannya
Kebersamaannya,
Dan sebenernya semua kenangan yang tak pernah ada niat sedikitpun untuk dilupakan.
Sulit terlupakan, dan gak bisa dilupakan.
Masih belum bisa sepenuhnya mengikhlaskan,
Maaf...
Tapi sekarang, kau terlihat lebih bahagia saat tak bersama ku.
Iya ya?
Hmmm... Bagaimana aku bisa bahagia, kalau bahagiaku itu bersamamu.
Tapi, kalau mungkin ini sudah jalan hidupmu, aku minta maaf.
Terima kasih atas semuanya.
Kelak...
Aku akan menyiptakan bahagia ku yang baru.
Maaf. Buku ini aku tutup.
Dan, hanya kau yang bisa membuka nya kembali.
Agar aku bisa menuliskan kembali semua nya